Sabtu, 05 Juli 2008

Teroris di Palembang Jaringan Slamet

Adik Ipar SBY jadi Danjen Kopassus

Jabatan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus diserahterimakan dari Mayjen TNI Soenarko kepada Brigjen TNI Pramono Edhie Wibowo dalam suatu upacara militer yang dipimpin KSAD Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo, di Markas Komando Kopassus, CIjantung, Jakarta, Selasa (1/6).

Brigjen TNI Pramono Edhie Wibowo, adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sebelumnya menjabat sebagai Kasdam IV/Diponegoro selama 10 bulan dan sebelum menjabat sebagai Kasdam, Edhie Wibowo menjabat Wakil Danjen Kopassus. Sedangkan Mayjen TNI Soenarko selanjutnya akan menjabat sebagai Pangdam Iskandar Muda.

Dalam amanatnya, KSAD mengingatkan sebagai pasukan khusus yang mahir dan handal bahwa berlatih dan belajar adalah kata kunci, untuk dapat mewujudkannya. Karena belajar dan berlatih dengan militan harus menjadi kebutuhan dan tuntutan bagi setiap prajurit .

''Sebab belajar dan berlatih itu adalah kesejahteraan yang paling hakiki bagi setiap prajurit,'' kata KSAD

Melalui belajar dan berlatih dengan benar, selain keberhasilan pelaksanaan tugas dapat dicapai optimal berbagai kemungkinan resiko jatuhnya korban itu pada prajurit dapat ditekan seminimal mungkin. Yang tidak bisa dilupakan adalah membangun dan mengembangkan diri dan moral dengan disiplin yang tinggi.

KSAD mengatakan rakyat yang merasa sudah memiliki Kopassus sebagai satuan kebanggaan bangsa ini akan dikecewakan apabila prajurit-prajurit Kopassus tidak bermoral dan disiplin

Dengan demikian harapan KSAD, prajurit Kopassus kedepan adalah tampilan sosok prajurit yang mahir dan handal dengan dilandasi moral, disiplin yang tinggi dan siap melaksanakan tugas sehingga Kopassus mampu menyelesaikan setiap tugas yang dibebankan dengan mencapai hasil yang optimal dan dapat mengangkat, harkat, martabat dan kehormatan TNI AD terhadap bangsa Indonesia.


JAKARTA, TRIBUN -
Pengungkapan jaringan teroris di Palembang, Sumatera Selatan, bukan dilakukan secara tiba-tiba. Sebelum melakukan penggrebekan, Densus 88 antiteror Mabes Polri sudah mengincar dan mengikuti gerak-gerik kelompok ini salama satu tahun.

"Kelompok ini sudah lama diincar. Setahun terakhir ini, Densus sudah mengikuti gerak-gerik mereka secara intensif. Baru setelah mereka memulai kegiatan pelatihan, seperti merakit bom, Densus menggrebek dan membongkar jaringannya, " ungkap pengamat intelijen, Dynno Cresbon kepada Persda Network, Rabu (2/6).

Menurut Dino Cresbon kelompok Palembang ini merupakan sel baru jaringan Jamaah Islamiyah (JI) yang dibangun Noordin M Top di wilayah Matiqi II Sumatera. Tujuannya untuk merekrut anggota- anggota baru setelah beberapa tokoh JI di Jawa ditangkap.

"Noordin M Top setelah melihat banyak tokoh JI di Jawa ditangkap, termasuk terbunuhnya Dr Azahari di Malang, memperbanyak kader baru di luar Jawa. Ia memilih mengembangkan jaringan di wilayah Mantiqi II untuk melahirkan generasi-generasi baru JI," ujar Dynno Cresbon.

Wilayah Mantiqi II ini di antaranya meliputi wilayah Sumatera, Malaysia, dan Singapura. Kendati sel baru, secara umum kelompok teroris Palembang masih satu jaringan besar Jamaah Islamiah II, termasuk pemimpin Jamaah Islamiyah (JI) wilayah Singapura Mas Slamet Kastari yang kabur dari penjara Whitley Road, Singapura, 27 Februari 2008 silam. "Namun ini tidak berarti Slamet telah lari dan bersembunyi di Sumatera," tegas Dynno.

Kader-kader yang direkrut di wilayah Palembang di antaranya berasal dari kelompok NII dan Darul Islam. Wilayah Palembang ini diproyeksikan oleh Noordin M Top sebagai daerah basis baru bagi JI, setelah basisnya di Jawa di porak-porandakan oleh Densus 88 dengan penangkapan sejumlah pentolan JI.

Meski telah ditemukan sejumlah bom rakitan dan bahan peledak dari kelompok JI Palembang ini, namun itu bukan untuk persiapan aksi teror bom. Bom yang sudah dirakit itu merupakan hasil pelatihan. Belum dipersiapkan untuk melakukan aksi pengemboman.

"Belum ada aksi yang mereka rencanakan. Mereka masih dalam tahap pembinaan dan pelatihan. Bom- bom rakitan yang ditemukan polisi, itu merupakan hasil pelatihan merakit bom. Belum untuk persiapan aksi teror," katanya. (*)

0 Comments: