Kamis, 17 Juli 2008

Kisah nyata ( IBU TUA )

Kisah nyata yang dialami oleh seorang guide ini terjadi pada bulan Desember 2005 di Yogyakarta.

Pada saat itu ada klien dari Turki yang minta ditemani berbelanja di pasar tradisional Beringharjo Yogyakarta.

Sebenarnya, tidak ada hal yang istimewa kala itu hanya saja ketika seorang Ibu tua penjual jajan pasar

( 60-an tahun) didatangi pengemis yang minta sedekah. Ibu sepuh ini serta merta meraih uang dari cepuk (wadah uang tradisional), dengan mata kepala sendiri, dilihatnya hanya ada 1000 rupiah dalam
cepuk itu dan diberikan semuanya untuk si pengemis.

Guide itu heran, kemudian bertanya dengan si Ibu tersebut dalam bahasa Jawa, "Sampun kelarisan nopo Budhe ?" ( apakah dagangangannya sudah laris bude ?).

Si Ibu tua itu sambil tersenyum menjawab, "Dereng mas, niku wau kangge methuk rencange sing taksih en awang-awang" ( Belum mas, itu tadi/Rp 1000 untuk menjemput temannya yang masih di alam khayalan)

Luar Biasa !!

Ketika dagangannya belum laku, si Ibu itu justru rela memberikan uang satu-satunya untuk orang lain, alasannya sederhana tapi "dalam", "untuk menjemput rezeki yg belum datang ..."

ni adalah hal yang istimewa, etos unik yang mungkin tidak didapatkan dari marketing training atau
seminar-seminar di hotel berbintang.

Ketika Ibu saya berkunjung, beliau mengajak saya untuk berbelanja bersamanya karena dia membutuhkan sebuah gaun yang baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang lain, dan saya bukanlah orang yang sabar, tetapi walaupun demikian kami berangkat juga ke pusat perbelanjaan tersebut. Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita, dan Ibu saya mencoba gaun demi gaun, serta mengembalikan semuanya. Seiring waktu yang berlalu, saya mulai lelah dan Ibu saya juga mulai frustasi. Akhirnya pada toko terakhir yang kami kunjungi, Ibu Saya mencoba satu stel gaun biru yang cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya. Dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama Ibu saya dalam ruang ganti pakaian. Saya melihat bagaimana Ia mencoba pakaian tersebut, dan dengan susah payah mencoba untuk mengikat talinya.

Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya. Seketika ketidaksabaran saya tergantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya. Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata yang keluar tanpa saya sadari. Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah, dan beliau membelinya.

Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi Kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan saya. Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian tersebut. Dan terbayang tangan Ibu Saya yang sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya. Dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya Dengan cara yang paling membekas dalam hati saya.

Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar Ibu Saya, mengambil tangannya, menciumnya.. Dan yang membuatnya terkejut, memberitahukannya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah Di dunia ini. Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan mata baru. Betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang Ibu.

Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri. Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu Agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi Keindahan tangan Ibu..

0 Comments: